Dunia Medis,Kesehatan Anak,Herbal, Mulut Dan Gigi,Obat-Obatan,Tips Kesehatan,etc

Pencabutan Gigi Molar ke-3

Ditulis oleh:

Konten Kesehatan – Jagalah kesehatan gigi dan kesehatan tubuh anda.


Pencabutan Gigi Molar ke-3


Ortodonti ialah cabang ilmu kedokteran gigi yang terkait dengan faktor variasi genetik, pertumbuhkembangan dan bentuk muka serta cara faktor tersebut mempengaruhi oklusi gigi dan fungsi organ di sekitarnya.. Sebagian besar perawatan ortodonti dikerjakan selama periode perkembangan, ialah antara usia 10 hingga dengan 15 tahun. Oklusi dan posisi gigi ditentukan selama periode perkembangan itu dan pergantian sesudah perkembangan yang berlangsung umumnya relatif kecil..

Tujuan perawatan ortodonti ialah untuk memper dan menjaga situasi normal dan kegiatan fisiologik yang sesungguhnya gigi, jaringan lunak mulut dan otot muka dan pengunyahan, dengan maksud untuk menjamin Sampai mungkin perkembangan dan fungsi dentofasial yang optimum. mencukupi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosa yang pas, rancangan perawatan yang matang dan tehnik perawatan yang dicocok atau sepadankan dengan keperluan, dengan memakai peranti, baik peranti tetap maupun peranti lepasan.


Perawatan ortodonti pada waktu dulu cuma ditekankan pada segi kuratif saja. Dewasa ini, bersamaan dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi, ilmu ortodonti modern lebih mengutamakan segi prefentif. Dalam ilmu ortodonti preventif terdapat suatu filosofi yang menyebutkan bahwa menyetop berlangsungnya maloklusi marupakan suatu pilihan yang amat bijaksana bila dibanding dengan melakukan perawatan ortodonti sesudah berlangsung maloklusi..


Strang and Thompson menyebutkan maloklusi ialah ketidakwajaran oklusi normal gigi. Salah satu maloklusi yang paling sering berlangsung ialah gigi berdesakan. Bentuk maloklusi yang perlu diwaspadai salah satunya ialah timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan. Hasil riset menimpa maloklusi gigi, kelainan gigi berdesakan tunjukkan angka yang paling tinggi dibanding dengan anomali posisi gigi yang lain. situasi ini dapat berlangsung pada orang disaat mulanya mempunyai lengkung gigi yang baik maupun yang pasien yang telah selesai melakukan perawatan ortodonti..


Masalah timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan ini telah menjadi bahan perbincangan di kelompok umur ahli ortodonti. Beberapa literatur menyebutkan bahwa timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan dapat disebabkan gara-gara pengaruh gigi molah ke-3 bawah, disamping itu gigi molar ke-3 bawah juga dikira-kira Selayak penyebab berlangsungnya relaps pada pasien yang telah selesai melakukan perawatan ortodonti, tetapi belum didapatkan jalinan yang jelas antara timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah dengan gigi molar ke-3 bawah, hingga lantas Bjork dan Skieller mendapatkan fakta bahwa gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah terkait dengan erupsi gigi molar ke-3 bawah.


Para ahli melakukan dugaan berlangsungnya relaps gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah serta juga berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, ialah disebabkan gara-gara wujudnya gigi molar ke-3. Perihal ini dibasickan pada konsep awal perawatan ortodonti, ialah cuma memperdulikan 28 gigi permanen yang beroklusi tanpa membuat timbangan wujudnya gigi molar ke-3..


Schwartze mengusulkan suatu tindakan pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah. Pencabutan gigi molar ke-3 bawah dapat dikerjakan sesudah atau selama perawatan ortodonti jika melakukan blokadei pergerakan gigi ke arah distal atau membuat ganguan retensi gigi sesudah perawatan ortodonti selesai, walaupun seperti itu ahli ortodonti banyak yang mengesampingkan masalah ini, dengan anggapan bahwa gigi molar ke-3 cuma ialah salah satu diantara banyak faktor penyebab berlangsungnya situasi gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah.


Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut masalah pencabutan gigi molar ke-3 bawah dalam bidang ortodonti spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah gara-gara alasan yang telah dimaksudkan diatas.


Penulis mengharapkan melewati catatan ini dapat dipelajari tentang pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah, serta dapat menjadi masukan bagi riset lebih lanjut dalam bidang ortodonti tentang masalah pencabutan gigi molar ke-3 bawah spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah.


Pertumbuhkembangan Gigi Molar ke-3 Bawah


Gigi molar ke-3 bawah amat menarik Selayak bagian perkembangan manusia gara-gara mempunyai variasi morfologi yang luas dan gelombang gagalnya pembuatannya untuk berkembang lengkap satu atau lebih gigi molar ke-3 yang tinggi..


Rata-rata gigi molar ke-3 bawah alami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan erupsi penuh pada usia 20 tahun. Proses pembuatan akar sempurna berlangsung pada usia 22 tahun. Dengan keluarnya gigi molar ke-3, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap.


Puncak tonjol mesial dan distal gigi molar ke-3 bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap berlangsung pada usia 12 hingga 16 tahun. Erupsi terjadiantara usia 15 hingga 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 hingga 25 tahun


Peneliti lain menyebutkan justru batas tertua pembuatan awal yang paling mutlak, gara-gara rata-rata pasien siap untuk terima perawatan ortodonti pada usia 12 tahun dan ini umumnya atas evaluasi, usia optimum untuk Mayoritas perawatan maloklusi. mutlak kiranya untuk mengetahui kapan gigi molar ke-3 bawah mulain berkembang sebelum menyebutkan diawalinya rancangan perawatan.


Gigi Berdesakan Anterior Rahang Bawah


Gigi berdesakan atau crowding umum dapat dikatakan Selayak suatu situasi di mana berlangsung disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga situasi yang meringankan lengkung gigi menjadi berdesakan ialah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau gabungan gigi yang lebar dan rahang yang kecil. Howe dalam risetnya mendapatkan bahwa pada Perkara dengan gigi berdesakan mempunyai lengkung gigi yang lebih kecil, pada Perkara tanpa atau sedikit gigi berdesakan.


Usia di mana gigi bertambah berdesakan ialah antara usia 13-14 tahun, dan lantas mungkin akan menjadi kurang. Hunter and Smith mendapatkan bahwa berdesakannya gigi paling banyak ditemukan pada usia 9 tahun, namun peneliti lain mendapatkannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti memautkan timbulnya masalah ini dengan wujudnya pergantian pada pribadi selama proses perkembangan. situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan dapat berlangsung pada pribadi disaat mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan.


Van der Linden menklasifikasikan gigi berdesakan berbasickan etiologinya, ialah:
1. gigi berdesakan primer. Penyebab Perihal ini ialah perbedaan ukuran gigi dan ukuran rahang, terlebih dikendalikan faktor genetik,
2. gigi berdesakan sekunder. Penyebabnya ialah faktor lingkungan, berbasickan Barber faktor lingkungan yang dinilai mempunyai pengaruh kepada berdesakannya gigi ialah gencetan otot yang abnormal, penyimpangan arah erupsi gigi, kemampuan oklusal gara-gara migrasi gigi ke mesial, dan kehilangan panjang lengkung gigi gara-gara karies,
3. gigi berdesakan tersier. Berkembang pada pertengahan atau akhir usia remaja, yang tunjukkan gigi yang terlambat berdesakan di mana yg terlebih dahulu gigi tersebut tidak alami gigi berdesakan atau wujudnya relaps gigi berdesakan satu tahun sesudah alat retensi dilepas.


Gigi berdesakan tersier sering diartikan lain, layaknya postpubertal crowding, late lower arch crowding, atau crowding postretention. Peneliti lain mengklasifikasikannya dalam gigi berdesakan sekunder. Gigi molar ke-3 banyak diduga Selayak penyebab gigi berdesakan tersier, gara-gara berlangsungnya gigi berdesakan ini an waktunya dengan erupsi gigi molar ke-3.


Pencabutan Molar ke-3 Bawah


Oklusi fungsional yang normal serta keseimbangan dengan susunan supporter dan otot sekitarnya kadang-kadang-kadang-kadang Menagih pengurangan satu gigi atau lebih. Pemilihan gigi untuk dicabut pada perawatan ortodonti tergantung pada situasi klinis lokal, terhitung besarnya perbedaan (discrepancy) antara lengkung gigi dan lengkung basal tulang rahang, profil muka, kesehatan umum pasien, umur erupsi, posisi gigi, derajat kemiringan dentoalveolar, usia pasien dan situasi susunan gigi Selayak suatu jumlah semua yang terkait dengan basis kranii. Hal lain layaknya bentuk gigi, ukuran gigi, derajat kemiringan, tambahan, ketinggian tonjol lingual dan lain Selayaknya juga perlu dipertimbangkan.


Ukuran gigi dan ukuran lengkung rahang banyak be affected sifat genetik seseorang. Ukuran lengkung gigi mempunyai pengaruh kepada besarnya ukuran tulang basal dan fungsi otot mulut. Ukuran gigi yang terlalu besar dibanding ukuran lengkung rahang, akan membuat timbul kedaan gigi berdesakan, untuk itu perlu dikerjakan pengurangan ukuran gigi menggunakan cara pencabutan kepada gigi spesifik. Sebelum dikerjakan pencabutan gigi, terlebih dahulu perlu di perhatikan situasi giginya, posisi gigi yang berdesakan dan posisi gigi jumlah semua.


Pencabutan gigi dapat dikerjakan bila ukuran lengkung basal tidak sempurna dan susunan gigi yang baik tak mungkin didapatkan tanpa mengakibatkan timbulnya relaps gara-gara wujudnya daya dalam tulang rahang sesudah perawatan ortodonti selesai. Pencabutan gigi juga bisa dikerjakan untuk menyedikitkan kemiringan dentoalveolar dan untuk memperbaiki profil muka.


Pembhsn


Masalah utama yang tetap perlu dicari jawaban ialah pencabutan molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan terlebih di wilayah anterior rahang bawah. Terdapat suatu kecondongan yang kuat pada penduduk modern akan berlangsungnya suatu situasi gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah akhir masa perkembangan.


Dugaan bahwa gigi molar ke-3 bawah menyebabkan berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah mendapat banyak perhatian para ahli ortodonti dan menjadi bahan pertentangan dan speculation pada beberapa literatur. Beberapa hasil riset para ahli dan tunjukkan wujudnya pendapat, baik yang beri dukungan atau menangkis dugaan tersebut.


Moore menerangkan tentang perbedaan perkembangan wilayah perkembangan muka, sekiranya perkembangan kondilus tetap berlanjut terus sesudah perkembangan tulang tuberositas maksilaris tidak melakukan suatu gerakan atau diam, maka dapat berlangsung pergantian jalinan anteroposterior antara rahang bawah dan rahang atas. perkembangan ke depan kondilus ini akan menggerakkan gigi rahang bawah maju ke depan, namun pada waktu itu rahang bawah tetap beroklusi dengan rahang atas. Susunan rahang atas melewati tegangan otot dikira-kira menahan gigi anterior rahang bawah yang bergerak ke depan dan membuat hasil berdesakannya gigi insisif rahang bawah.


situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan dapat berlangsung pada pribadi disaat mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan. Banyak literatur menyebutkan bahwa masalah ini terkait dengan erupsi gigi molar ke-3.


Funder mendapatkan bahwa pada pribadi yang mempunyai gigi molar ke-3 bawah lengkap, posisi gigi molar pertama tetap rahang bawah lebih ke depan dan gigi-gigi insisif rahang bawah mempunyai inklinasi lebih labioversi dibanding dengan pribadi yang gigi molar ke-3nya agenisi. Laskin mewawancarai lebih 600 ahli ortodonti dan 700 ahli bedah mulut, dan mendapatkan bahwa 65% mempunyai pendapat bahwa pada suatu waktu akan menyebabkan berdesaknya gigi anterior rahang bawah, tetapi sekarang tak ada kebulatan pendapat tentang pengaruh yang mungkin gigi molar ke-3 kepada kestabilan rahang bawah.


Broadbent memberi bukti bahwa gigi molar ke-3 bawah dan gigi insisif bawah ke-2nya saling memperngaruhi kepada timbulnya kelainan pada tulang muka untuk menggapai ukuran dan proporsi yang cocok atau sepadan pada usia dewasa. Cryer menyebutkan bahwa situasi gigi molar ke-3 bawah yang impaksi dan gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah ialah tanda-tanda pemendekan ukuran rahang. situasi ini ialah masalah yang cukup serius dan amat sering dijumpai pada penduduk modern.


Vego melakukan pengujian kepada 40 pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 bawah dan 25 pasien tidak mempunyai gogo tersebut dan seluruh pasien tidak alami perawatan ortodonti, setiap lengkung gigi pasien diukur dalam dua interval waktu. Pertama pada waktu sesudah erupsi gigi molar ke-2, pada usia rata-rata 13 tahun dan ke-2 pada usia rata-rata 19 tahun. Dalam Perihal ini gigi berdesakan dibatasi Selayak kehilangan perimeters rahang, model pertama ke model ke-2, yang akan menunjukkan penambahan Perputaran dan susunan gigi yang tidak baik. Hasil risetnya tunjukkan bahwa pengurangan perimeters rahang kurang terlihat menonjol pada orang tanpa gigi molar ke-3. Dia berketetapan kira-kira bahwa erupsi gigi molar ke-3 bawah dapat memberikan gencetan pada gigi paling dekat dan tunjukkan bahwa banyak faktor yang ikut serta dalam berdesakannya gigi pada lengkung rahang.


Vego menyebutkan bahwa pada waktu gigi molar ke-3 erupsi, dapat timbul suatu daya tekan pada bagian proksimal gigi di depannya. Gooris memberikan pendapat bahwa daya tekan gigi molar ke-3 akan menyebabkan pergeseran gigi di depannya ke arah anterior dan akan membuat tambah parah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah.


riset yang menunjukkan mekanisme berlangsungnya penekanan gigi posterior pada penambahan berdesakannya gigi anterior rahang bawah, dikatakan Richardson. riset ini mendapatkan berlangsungnya pengurangan gigi berdesakan di wilayah posterior diikuti dengan penambahan berdesakannya gigi di wilayah anterior. Disimpulkan bahwa ruangan yang didapat untuk penambahan ruang di regio molar didapat dalam batas spesifik, dengan berdesakannya gigi yang jauh ke depan lengkung rahang.


Schwartze membandingkan pergantian posisi gigi molar pada 56 pasien yang benih gigi molar ke-3nya telah dicabut dengan 49 pasien yang gigi molar ke-3nya berkembang sempurna. Hasil risetnya mendapatkan masalah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung tambah banyak pada Perkara pasien dengan gigi molar ke-3 yang lengkap. Perihal ini dikira-kira gara-gara wujudnya daya tekan yang ditimbulkan gigi molar ke-3 ke arah sagital, sehingga menyebabkan berlangsungnya pergeseran gigi molar ke-2 dan pertama ke depan.


Pergerakan tegak lurus gigi insisif rahang atas dan rahang bawah akan mengakibatkan pengurangan didalam dan lebar lengkung rahang. Bila pada proses ini ada tahanan gigi di posterior maka dapat timbul situasi gigi berdesakan di wilayah anterior.


Banyak bukti yang memberikan dukungan kepada teori yang menyebutkan bahwa timbulnya masalah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, disebabkan wujudnya gencetan arah belakang lengkung rahang. gencetan ini diperoleh dari hasil proses perkembangan gigi molar ke-3 bawah, pergerakan fisiologis gigi posterior ke arah mesial atau gara-gara gencetan yang diper daya oklusi pada gigi yang berinklinasi ke arah mesial.


perkembangan rahang bawah yang tetap terus berlanjut sesudah perkembangan tuberositas maksilaris tidak melakukan suatu gerakan atau diam mengakibatkan berlangsungnya pergantian jalinan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah. Gerakan perkembangan rahang bawah ke arah depan juga diikuti gigi di rahang bawah, tetapi pergerakan ini akan dihambat gigi anterior rahang atas beserta ototnya sehingga gigi insisif rahang bawah berpindah tempat ke arah distal. Pencabutan gigi molar ke-3 bawah dapat memberi tempat di bagian distal untuk gigi di depannya selama proses perkembangan.


Bergstorm and Jensen mempelajari 50 sampel Perkara pasien dengan agensi satu sisi gigi molar ke-3 rahang bawah. Hasil riset mereka terbukti ditemukan banyak Perkara gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung pada sisi yang gigi molar ke-3 tidak agenisi. Suatu riset yang dikerjakan Sheneman kepada 49 pasien Setelah perawatan ortodonti selama 66 bulan, mendapatkan bahwa pada pasien dengan gigi molar ke-3 yang hilang kongenital, susunan giginya dalam lengkung rahang lebih stabil dibanding dengan pasien yang mempunyai gigi molar ke-3. terhitung didalam sampel ini, sebanyak 7 pasien dengan gigi molar ke-3 yang bisa beroklusi baik pada ke-2 sisinya, 31 pasien dengan Perkara impaksi gigi molar ke-3 pada ke-2 sisi rahang.


Hasil pengamatan Lindqvist and Thinlander mendapatkan sebanyak 70% subjek yang diteliti, tunjukkan pergantian panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol selama periode observasi. 5 subjek tunjukkan pergantian yang bermakna sesudah dikerjakanpengamatan yang lebih lama. Pencabutan gigi molar ke-3 bawah terlihat mempunyai pengaruh besar kepada pergantian panjang lengkung rahang pada sebagian besar subjek yang diteliti. Timbulnya perbedaan pergantian panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol, mungkin be affected ada atau tidaknya gigi molar ke-3.


Sheneman menyebutkan bahwa pencabutan gigi molar ke-3 bawah pada pasien yang dirawat ortodonti gara-gara Perkara gigi berdesakan akan memberikan hasil yang lebih stabil dibanding dengan pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 lengkap. Vego menyebutkan bahwa pada pribadi yang mempunyai gigi molar ke-3 lengkap terdapat pengurangan perimeters lengkung gigi sebesar 40,8 mm dibanding dengan pribadi yang tidak mempunyai gigi molar ke-3.


Woodside menangkis konsep menimpa perkembangan gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada lengkung gigi, tetapi terima konsep pencabutan awal molar ke-3 mengakibatkan pergerakan ke distal gigi molar yang lain.


Peneliti lain mempresentasikan bahwa peran gigi molar ke-3 bawah kepada timbulnya masalah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah cuma sedikit sekali. Kalaupun ada, perihal tersebut terkait dengan pergantian lengkung gigi kurun waktu yang lama. Shanley and Lundstrom juga tidak mendapatkan perbedaan yang bermakna antara gigi molar ke-3 yang impaksi, erupsi atau hilang kongenital kepada timbulnya masalah gigi berdesakan.


Kaplan melakukan suatu pengamatan kepada timbulnya masalah gigi berdesakan Setelah retensi pada kelompok pasien yang telah selesai dirawat ortodonti. risetnya pada 75 orang pasien yang diteliti modelnya pada waktu sebelum perawatan, sesudah perawatan dan 10 tahun Setelah retensi serta gambaran sefalogram lateralnya. Dia mendapatkan wujudnya kecondongan berlangsungnya relaps pada sebanyak besar pasien tetapi tidak ditemukan wujudnya perbedaan yang bermakna antara kelompok pasien yang gigi molar ke-3nya erupsi, impaksi atau agenisi. Dia menyimpulkan bahwa wujudnya wujudnya gigi molar ke-3 tidak membuat hasil derajat yang tinggi berdesakannya gigi anterior rahang bawah dan atau relaps Perputaranonal sesudah penghentian retensi. Dia menghimpitkan bahwa pergantian posisi gigi dan dimensi lengkung rahang tidak be affected gigi molar ke-3. Dia memberikan pendapat bahwa teori gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada gigi di Dibagian mesialnya ialah tidak berbasic, tetapi Schulhof menyebutkan pengaruh gigi molar ke-3 kepada pergantian dimensi lengkung rahang dan posisi gigi dapat terlihat bila dikerjakan riset dengan jumlah sampel yang tambah banyak dan kakulasi statistik yang tidak sama.


Suatu pengamatan yang dikerjakan Stemm kepada 29 orang pasien yang mempunyai usia antara 14-20 tahun dan belum perah dirawat ortodonti, mendapatkan bahwa ada atau tidaknya gigi molar ke-3 bawah tidak mempunyai pengaruh pergantian lebar dan panjang lengkung rahang atau pergerakan gigi.


Kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah hingga sekarang ini tetap belum ada. Beberapa literatur menyebutkan mutlaknya dikerjakan riset yang lebih lanjut tentang fungsi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah dengan melakukan pengujian kepada sampel yang semakin besar.


Berbasickan beberapa literatur yang penulis baca tetap banyak terdapat perbedaan pendapat menimpa pengaruh pencabutan gigi molar ke-3 untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di anterior rahang bawah. Bilamana tambah banyak lagi literatur yang dibaca mungkin akan ditemukan kebulatan pendapat menimpa hal tersebut.


hingga sekarang ini tetap belum ada kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah oelh gara-gara itu diperlukan riset lebih lanjut menimpa masalah tersebut.


Terima kasih telah berkunjung, semoga artikel Pencabutan Gigi Molar ke-3 bermanfaat.

0 comments "Pencabutan Gigi Molar ke-3", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment